Rumah
Krong Bade adalah rumah adat dari Nanggroe Aceh Darussalam.Rumah Krong
Bade juga biasa dikenal dengan nama rumoh Aceh.Rumah ini mempunyai
tangga depan yang digunakan bagi tamu atau orang yang tinggal untuk
masuk di dalam rumah.Rumah Krong Bade adalah satu budaya Indonesia yang
hampir punah.Rumah Krong Bade saat ini sudah jarang dipakai karena
hampir sebagian banyak masyarakat aceh memilih untuk tinggal di rumah
modern.Hal ini dikarenakan harga pembangunan rumah modern jauh lebih
murah dibandingkan dengan Rumah Krong Bade.Selain biaya pembangunan,
biaya perawatan Rumah Krong Bade juga memakan biaya yang tidak sedikit
2. Provinsi Sumatera Utara – Rumah Adat Bolon
Rumah
Bolon adalah rumah adat dari suku Batak yang ada di Indonesia. Rumah
Bolon berasal dari daerah Sumatera Utara.Rumah Bolon adalah simbol dari
identitas masyarakat Batak yang tinggal di Sumatera Utara. Pada zaman
dahulu kala, rumah Bolon adalah tempat tinggal dari 13 raja yang tinggal
di Sumatera Utara. 13 Raja tersebut adalah Raja Ranjinman, Raja
Nagaraja, Raja Batiran, Raja Bakkaraja, Raja Baringin, Raja Bonabatu,
Raja Rajaulan, Raja Atian, Raja Hormabulan, Raja Raondop, Raja Rahalim,
Raja Karel Tanjung, dan Raja Mogam.Ada beberapa jenis rumah Bolon dalam
masyarakat Batak yaitu rumah Bolon Toba, rumah Bolon Simalungun, rumah
Bolon Karo, rumah Bolon Mandailing, rumah Bolon Pakpak, rumah Bolon
Angkola. Setiap rumah mempunyai ciri khasnya masing-masing. Sayangnya,
rumah Bolon saat ini jumlah tidak terlalu banyak sehingga beberapa jenis
rumah Bolon bahkan sulit ditemukan.Saat ini, rumah bolon adalah salah
satu objek wisata di Sumatera Utara. Rumah Bolon adalah salah satu
budaya Indonesia yang harus dilestarikan.
3.Provinsi Sumatera Barat – Rumah Adat Gadang
4.Provinsi Riau – Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar
5.Provinsi Kepulauan Riau – Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar
Rumah Selaso Jatuh Kembar merupakan bangunan seperti rumah adat tapi
fungsinya bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau
rapat secara adat. Rumah Selaso Jatuh Kembar sering disebut juga dengan
nama Balai salaso jatuh oleh warga melayu Riau.
Sesuai dengan fungsinya bangunan ini mempunyai macam-macam nama antara lain Balairung Sari, Balai Pengobatan, Balai Kerapatan dan lain-lain.
Bangunan adat ini hanya tinggal beberapa rumah saja karena didesa-desa sekarang bila ingin melakukan musyawarah dilakukan di rumah Penghulu, sedangkan yang menyangkut keagamaan dilakukan di masjid.
Ruangan rumah ini terdiri dari ruangan besar untuk tempat tidur. ruangan bersila, anjungan dan dapur. Rumah adat ini dilengkapi pula dengan Balai Adat yang dipergunakan untuk pertemuan dan musyawarah adat.
Sesuai dengan fungsinya bangunan ini mempunyai macam-macam nama antara lain Balairung Sari, Balai Pengobatan, Balai Kerapatan dan lain-lain.
Bangunan adat ini hanya tinggal beberapa rumah saja karena didesa-desa sekarang bila ingin melakukan musyawarah dilakukan di rumah Penghulu, sedangkan yang menyangkut keagamaan dilakukan di masjid.
Ruangan rumah ini terdiri dari ruangan besar untuk tempat tidur. ruangan bersila, anjungan dan dapur. Rumah adat ini dilengkapi pula dengan Balai Adat yang dipergunakan untuk pertemuan dan musyawarah adat.
6.Provinsi Jambi – Rumah Adat Panjang
7.Provinsi Sumatera Selatan – Rumah Adat Limas
Rumah
Limas merupakan prototipe rumah tradisional Sumatra Selatan. Selain
ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini
memiliki lantai bertingkat-tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya
dipergunakan untuk kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu
biasanya diterima diteras atau lantai kedua.
8.Provinsi Bangka Belitung – Rumah Adat Rakit dan Limas
9.Provinsi Bengkulu – Rumah Bubungan Lima
Rumah
Bubungan Lima adalah rumah adat dari provinsi Bengkulu. Rumah ini
memiliki model seperti rumah panggung yang ditopang oleh beberapa tiang
penopang.Rumah ini bukanlah rumah tinggal seperti pada umumnya.Rumah ini
biasanya dipakai untuk acara adat masyarakat Bengkulu. Rumah ini
terbagi atas tiga bagian yaitu rumah bagian atas, rumah bagian tengah,
dan rumah bagian bawah.Rumah Bubungan Lima memiliki materi dasar yaitu
kayu.Kayu yang dipilih pun bukan kayu sembarangan melainkan kayu yang
kuat dan tahan lama.Kayu yang biasanya digunakan untuk membangun Rumah
Bubungan Lima adalah Kayu Medang Kemuning.Rumah Bubungan Lima dibangun
tinggi agar menghindari pemilik rumah beserta keluarga dari serangan
binatang liar dan juga dari bencana alam seperti banjir.Karena tinggi
Rumah Bubungan Lima ini, maka orang-orang yang hendak masuk ke dalam
rumah pun harus menggunakan tangga.Tangga yang digunakan untuk masuk ke
dalam rumah umumnya mempunyai jumlah anak tangga yang ganjil sesuai
dengan kepercaaan masyarakat Bengkulu. Rumah Bubungan Lima ini merupakan
salah satu Budaya Indonesia yang menjadi objek wisata.
10.Provinsi Lampung – Rumah Adat Nowou Sesat
Rumah
tradisional adat Lampung ini termaksud kategori rumah panggung. Atapnya
terbuat dari anyaman ilalang dan sebagian besar bahnnya terbuat dari
kayu. Bentuk rumah panggun ini untuk menghindari serangan hewan dan
lebih kokoh bila terjadi gempa bumi, karena masyarakat lampung telah
mengenal gempa dari zaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan
lempeng Asia dan Australia.Terdapat ornamen yang khas pada bagian sisi
bangunan tertentu rumah sessat ini. Umumnya bentuk rumah sessat
berbentuk rumah besar. Namun saat ini bentuknya tidak terlalu besar. Di
perkampungan penduduk asli Lampung sebagian besar rumah adat ini
dibangun tidak bertiang dan berlantai di tanah dengan fungsi yang tetap
sama.
11.Provinsi DKI Jakarta – Rumah Adat Kebaya
Rumah
kebaya merupakan sebuah nama rumah adat suku Betawi Disebut dengan rumah
kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang menyerupai pelana yang dilipat
dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat
seperti lipatan kebaya.
12.Provinsi Jawa Barat – Rumah Adat Kasepuhan Cirebon
Rumah
Kasepuhan Cirebon Keraton Kasepuhan didirikan sekitar tahun 1529 oleh
Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran.
Keraton ini merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati, yang merupakan
keraton yang telah ada sebelumnya. Walaupun telah berusia tua, kompleks
bangunan tradisional ini masih terawat dengan baik.
Secara
umum rumah adat Baduy merupakan rumah panggung yang hampir secara
keseluruhan rumah menggunakan bahan bambu. Rumah adat baduy ini sendiri
terkenal dengan kesederhanaan, dan dibangun berdasarkan naluri manusia
yang ingin mendapatkan perlindungan dan kenyamanan.
14.Provinsi Jawa Tengah – Rumah Adat Joglo
Joglo adalah rumah adat masyarakat Jawa. Bagian-bagian joglo yaitu :
pendapa.pringgitan.
dalem.
sentong.
gandok tengen.
gandok kiwo.
Bagian pendapa adalah bagian paling depan Joglo yang mempunyai ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan untuk acara besar bagi penghuninya. Seperti acara pagelaran wayang kulit, tari, gamelan dan yang lain. Pada waktu ada acara syukuran biasanya sebagai tempat tamu besar. Pendopo biasanya terdapat soko guru, soko pengerek, dan tumpang sari.
Bagian Pringgitan adalah bagian penghubung antara pendopo dan rumah dalem. Bagian ini dengan pendopo biasanya di batasi dengan seketsel dan dengan dalem dibatasi dengan gebyok. Fungsi bagian pringgitan biasanya sebagai ruang tamu.
Bagian Dalem adalah bagian tempat bersantai keluarga. Bagian ruangan yang bersifat lebih privasi.
15.Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta – Rumah Adat Bangsal Kencono dan Joglo.
Patung tersebut menggenggam sebuah pemukul atau biasa disebut gada.
Menurut Sumber Sejarah, Bangsal Kencono dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1756M. Dibangunnya padepokan ini dulu ditujukan untuk acara keagamaan atau kesultanan. Tempat ini juga digunakan dalam “Jumenengan” yaitu acara naik tahta seorang sultan.
16.Provinsi Jawa Timur – Rumah Adat Joglo Situbondo
Kebanyakan rumah joglo yang terdapat di Ponorogo adah rumah adat joglo yang memiliki dua ruangan yaitu :
Ruang depan (pendopo) yang difungsikana sebagai :
tempat menerima tamu
balai pertemuan (karena awalnya hanya dimiliki oleh bangsawan dan kepala desa)
tempat untuk mengadakan upacara – upacara adat
Ruang belakang yang terdiri dari :
kamar – kamar
dapur (pawon)
17.Provinsi Bali – Rumah Adat Gapura Candi Bentar
Candi
bentar adalah sebutan bagi bangunan gapura berbentuk dua bangunan serupa
dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri
dan kanan pintu masuk. Candi bentar tidak memiliki atap penghubung di
bagian atas, sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya
terhubung di bagian bawah oleh anak tangga.
18.Provinsi Nusa Tenggara Barat – Rumah Adat Dalam Loka Samawa
Rumah
istana Sumbawa atau Dalam Loka adalah rumah adat atau istana yang
didirikan dan dikembangkan oleh pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin
Syah III di Pulau Sumbawa, tepatnya di kota Sumbawa Besar. Terdapat
pengertian dari Dalam Loka itu sendiri, yaitu kata “Dalam” yang memiliki
arti istana atau rumah yang ada di dalam istana dan “Loka” yang
memiliki arti dunia atau juga tempat. Sehingga dapat disimpulkan
pengertian Dalam Loka merupakan istana atau tempat hunian raja. Namun,
penggunaan rumah adat Dalam Loka saat ini difungsikan untuk menyimpan
benda atau artifak bersejarah milik Kabupaten Sumbawa.
Dalam Loka disusun oleh bangunan kembar yang disokong atau ditahan
oleh 98 pilar kayu jati dan 1 pilar pendek (pilar guru) yang dibuat dari
pohon cabe. Jumlah dari seluruh tiang penyokong adalah 99 tiang yang
mewakili 99 sifat Allah dalam Al-Qur’an (Asmaul Husna). Di Dalam Loka
ini terdapat ukiran-ukiran yang merupakan ukiran khas daerah Pulau
Sumbawa atau disebut lutuengal yang digunakan untuk ornamen pada kayu
bangunannya. Ukiran khas Pulau Sumbawa ini biasanya motif bunga dan juga
motif daun-daunan.
19.Provinsi Nusa Tenggara Timur – Rumah Adat Musalaki
Rumah
Musalaki adalah rumah adat Nusa Tenggara Timur, rumah ini tempat tinggal
Lurah, Camat, atau pembesar lainnya. Rumah ini berbentuk panggung, di
bawahnya terdapat balai panjang tempat menerima tamu. Tiang-tiangnya
berdiri di atas batu besar sehingga tidak perlu ditanam di dalam tanah.
Atapnya terbuat dari jerami.
20.Provinsi Kalimantan Barat – Rumah Adat Istana Kesultanan Kadriah Pontianak
Istana
Kesultanan Kadriah dari Pontianak, provinsi Kalimantan Barat ini pada
awalnya dibangun pada tahun 1771 dan selalu senantiasa dibangun sambil
direnovasi hingga resmi selesai pada tahun 1778. Istana ini terletak
tidak jauh dari Masjid Jami, masjid yang cukup menjadi icon di Pontianak
mungkin jaraknya tidak lebih dari 300 meter. Lokasinya dekat jalan
Tritura, yang merupakan pertemuan dari 3 sungai. Nama daerahnya kampung
Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Pontianak Timur. Dari titik nol kota
Pontianak jaraknya sekitar 7 kilometer berjalan menuju arah timur dan
harus menyeberang sungai yang bisa dicapai lewat jembatan atau pun
menggunakan perahu. Istana kesultanan Kadriah ini memang bukan lokasi
wisata yang sangat ramai hingga padat dikunjungi wisatawan. Namun bukan
berarti sepi, istana keraton ini meskipun pengunjungnya tidak pernah
ramai tetapi pengunjung selalu berdatangan dan tidak pernah sepi.
21.Provinsi Kalimantan Tengah – Rumah Adat Betang
Rumah
betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat diberbagai
penjuru Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah
hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak.
22.Provinsi Kalimantan Selatan – Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi
Rumah
Bubungan Tinggi adalah salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah
tradisional suku Banjar (disebut rumah Banjar) di Kalimantan Selatan dan
bisa dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis rumah inilah
yang paling terkenal karena menjadi maskot rumah adat khas provinsi
Kalimantan Selatan. Di dalam kompleks keraton Banjar dahulu kala
bangunan rumah Bubungan Tinggi merupakan pusat atau sentral dari keraton
yang menjadi istana kediaman raja (bahasa Jawa: kedhaton) yang disebut
Dalam Sirap (bahasa Jawa: ndalem) yang dahulu tepat di depan rumah
tersebut dibangun sebuah Balai Seba pada tahaun 1780 pada masa
pemerintahan Panembahan Batuah.
23.Provinsi Kalimantan Timur – Rumah Adat Lamin
24.Provinsi Sulawesi Utara – Rumah Adat Pewaris
Rumah Pewaris memiliki 2 buah tangga. Letaknya di sisi kiri dan kanan bagian depan rumah. Eh, terdapat dua tangga. konon, kalau ada roh jahat yang naik dari salah satu tangga, maka ia akan kembali turun di tangga sebelahnya. Hihihi.. Dulunya, rumah adat Minahasa ini hanya terdiri dari satu ruangan saja. Kalau pun harus dipisahkan, biasanya hanya dibentangkan tali rotan atau tali ijuk saja, yang kemudian digantungkan tikar.Sekarang ini, Rumah Pewaris memiliki beberapa ruang. Misalnya, Setup Emperan yang digunakan untuk menerima tamu.
25.Provinsi Sulawesi Barat – Rumah Adat Tongkonan
Tongkonan
adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung menyerupai
perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan
menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau.
Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan
digunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan mayat. Tongkonan berasal
dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi
berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (stara sosial
Masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang
disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon
palem (banga) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung
terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari
(disebut pa’bare’ allo), yang merupakan simbol untuk menyelesaikan
perkara.
26.Provinsi Sulawesi Tengah – Rumah Adat Tambi
Tambi
merupakan rumah adat tradisional yang ada di wilayah Lore. Arsitektur
bangunannya memiliki keunikan tersendiri dimana dinding rumah juga
sekaligus berfungsi sebagai atap. Tambi mempunyai kelainan dan keunikan
tersendiri, karena kerangka bagian atas rumah (tiang bumbungan dan
kaso-kaso), hanya menumpang di atas balok bundar yang tersusun sebagai
belandar sekaligus berfungsi sebagai pondasi dan tiang.Pada prinsipnya,
Rumah Adat Tambi adalah rumah tempat tinggal raja, para bangsawan maupun
rakyat biasa. Yang membedakan rumah adat para bangsawan dengan rumah
adat yang dihuni oleh masyarakat biasa terletak pada bentuk bumbungan
rumah. Bumbungan atap rumah adat (Tambi) yang ditinggali oleh para
bangsawan dipasangkan tanduk kerbau, sedangkan rumah adat milik rakyat
biasa tidak menggunakan tanduk kerbau di bagian atas atapnya.
Rumah adat
Buton atau Buton merupakan bangunan di atas tiang, dan seluruhnya dari
bahan kayu. Bangunannya terdiri dari empat tingkat atau empat lantai.
Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai kedua. Sedangkan lantai
keempat lebih besar dari lantai ketiga, jadi makin ke atas makin kecil
atau sempit ruangannya, tapi di lantai keempat sedikit lebih melebar.
Seluruh bangunan tanpa memakai paku dalam pembuatannya, melainkan
memakai pasak atau paku kayu. Tiang-tiang depan terdiri dari 5 buah yang
berjajar ke belakang sampai delapan deret, hingga jumlah seluruhnya
adalah 40 buah tiang. Tiang tengah menjulang ke atas dan merupakan tiang
utama disebut Tutumbu yang artinya tumbuh terus. Tiang-tiang ini
terbuat dari kayu wala dan semuanya bersegi empat. Untuk rumah rakyat
biasa, tiangnya berbentuk bulat. Biasanya tiang-tiang ini puncaknya
terpotong. Dengan melihat jumlah tiang sampingnya dapat diketahui siapa
atau apa kedudukan si pemilik. Rumah adat yang mempunyai tiang samping 4
buah berarti rumah tersebut terdiri dari 3 petak merupakan rumah rakyat
biasa. Rumah adat bertiang samping 6 buah akan mempunyai 5 petak atau
ruangan, rumah ini biasanya dimiliki oleh pegawai Sultan atau rumah
anggota adat kesultanan Buton. Sedangkan rumah adat yang mempunyai tiang
samping 8 buah berarti rumah tersebut mempunyai 7 ruangan dan ini
khusus untuk rumah Sultan Buton.
28.Provinsi Sulawesi Selatan – Rumah Adat Tongkonan
Tongkonan berasal dari kata “tongkon” yang berarti duduk. Rumah
tongkonan sendiri difungsikan sebagai pusat pemerintahan (to ma’
parenta), kekuasaan, dan strata sosial pada elemen masyarakat toraja.
Rumah adat Tongkonan tidak bisa dimiliki secara pribadi/perorangan
karena rumah ini adalah warisan nenek moyang dari setiap anggota
keluarga atau keturunan mereka. Fungsi Tongkonan Rumah Tongkonan bukan
hanya sekedar berfungsi sebagai rumah adat. Dalam budaya mereka,
masyarakat toraja menganggap rumah tongkonan sebagai ibu, sedangkan
alang sura (lumbung padi) adalah bapaknya. Deretan tongkonan dan alang
pun saling berhadapan karena dianggap sebagai pasangan suami istri.
Alang menghadap ke selatan, sedangkan tongkonan menghadap ke utara
29.Provinsi Gorontalo – Rumah Adat Dulohupa dan Rumah Pewaris
Rumah adat
Dulohupa dibangun berupa rumah panggung. Hal ini dilakukan sebagai
penggambaran dari badan manusia yaitu atap menggambarkan kepala, badan
rumah menggambarkan badan, dan pilar penyangga rumah menggambarkan
kaki. Selain itu bentuk rumah panggung juga dipilih untuk menghindari
terjadinya banjir yang kala itu sering terjadi.
30.Provinsi Maluku – Rumah Adat Baileo
Rumah
Baileo adalah rumah adat Maluku dan Maluku Utara, Indonesia.Rumah Baileo
merupakan representasi kebudayaan Maluku dan memiliki fungsi yang
sangat penting bagi kehidupan masyarakat.Rumah Baileo adalah identitas
setiap negeri di Maluku selain Masjid atau Gereja.Baileo berfungsi
sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat,
sekaligus sebagai balai warga.Ciri utama rumah Baileo adalah ukurannya
besar, dan memiliki bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan
rumah-rumah lain di sekitarnya.
31.Provinsi Maluku Utara – Rumah Adat Baileo
Rumah Baileo atau bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
artinya adalah balai. Pengambilan nama balai atau Baileo ini disesuaikan
karena rumah adat Baileo ini dibangun dan digunakan oleh penduduk
setempat sebagai tempat pertemuan dan bermusyawarah dengan dewan adat
penduduk setempat dan bukan sebagai hunian penduduk. Selain itu rumah
adat Baileo ini juga digunakan untuk menggelar acara adat dan sebagai
tempat penyimpanan benda antik dan keramat seperti benda pusaka dan
senjata peninggalan leluhur.
32.Provinsi Papua Barat – Rumah Adat Honai
Rumah
Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari
jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak
berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua.
Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah
disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri.
Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut
Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).
Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5 hingga 10 orang. Rumah Honai
dalam satu bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur),
bangunan lainnya untuk tempat makan bersama, dan bangunan ketiga untuk
kandang ternak. Rumah Honai pada umumnya terbagi menjadi dua tingkat.
Lantai dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga dari bambu. Para
pria tidur pada lantai dasar secara melingkar, sementara para wanita
tidur di lantai satu.
33.Provinsi Papua – Rumah Adat Honai
Rumah adat Papua tersebut bernama rumah Honai. Rumah Honai sendiri
sebutan bagi rumah para pria Papua dewasa yang berbentuk seperti kerucut
dan dibangun dari material yang murni 100% dari alam. Berdasarkan
fungsinya sendiri, rumah Honai dapat dibedakan menjadi 3, yaitu rumah
bagi Pria (yang disebut Honai), rumah bagi wanita (Ebei), dan rumah yang
khusus digunakan untuk kandang hewan atau babi (Wamai).
34. Kalimantan Utara – Rumah Adat Baloy
Rumah adat Kalimantan Utara adalah Rumah Baloy Mayo, yaitu rumah adat atau umumnya disebut balai adat dari suku tidung, yaitu suku asli yang menempati wilayah Kalimantan utara. Rumah adat Baloy Mayo ini terdapat di kota Tarakan dan berada di kawasan wisata balai adat suku tidung. Di dalam kawasan ini terdapat replika beberapa bangunan yang mewakili rumah adat suku tidung dengan ukuran bangunan yang sedikit lebih kecil dari bangunan originalny
34. Kalimantan Utara – Rumah Adat Baloy
Rumah adat Kalimantan Utara adalah Rumah Baloy Mayo, yaitu rumah adat atau umumnya disebut balai adat dari suku tidung, yaitu suku asli yang menempati wilayah Kalimantan utara. Rumah adat Baloy Mayo ini terdapat di kota Tarakan dan berada di kawasan wisata balai adat suku tidung. Di dalam kawasan ini terdapat replika beberapa bangunan yang mewakili rumah adat suku tidung dengan ukuran bangunan yang sedikit lebih kecil dari bangunan originalny
0 komentar:
Posting Komentar